
Modal utama seorang muslim di dunia ini adalah waktu yang mana, waktu merupakan materi kehidupan yang pertama. Barang siapa yang memanfaatkannya dengan sebaik mungkin, maka dia orang yang sangat beruntung. Dan barang siapa yang menyia-nyiakannya maka waktu yang telah berlalu tidak akan pernah kembali lagi, Dan ia akan menyesal sepanjang masa. Waktu lebih berharga dan lebih mahal dari pada harta. Dapatkah anda lihat, adai saja seseorang yang mendekati ajalnya menyerahkan seluruh hartanya dengan harapan agar umurnya ditambah satu hari saja? Apakah umurnya akan berhasil ditambah atau di perpanjang? Tidak. Seribu kali tidak!
Namun sungguh mengherankan sekali, kita sering melihat waktu yang sangat berharga ini hilang dan berlalu begitu saja dengan sia-sia. Andai kita lihat seseorang melemparkan uangnya ke dalam api dan kemudian terbakar, maka tidak diragukan lagi bahwa orang-orang akan mengakatan kepadanya sebagai orang bodoh dan idiot. Kemudian apa yang akan anda katakan kepada orang yang membakar dan menyianyiakan kenikmatan yang lebih besar dan lebih berharga dari kenikmatan harta?
Setiap menit dan setiap detik umur berlalu, orang yang beriman mengiringinya dengan amalan akhirat. Oleh karena itu, dia sangat menjaga waktu berlalu dengan tidak sia-sia. Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu berkata, “Saya tidak menyesali sesuatu sebagai mana penyesalan saya terhadap satu hari dikala matahari telah terbenam. Usia saya berkurang sedangkan amalan saya tidak bertambah“.
Sirri bin Muflis berkata, “Ketika km bersedih karena hartamu yang berkurang, maka menangislah terhadap usiamu yang telah berkurang”.
Hasan berkata, “Saya menemukan sekelompok manusia yang mana diantara mereka lebih kikir terhadap dirhamnya dari pada terhadap usianya”.
Wahai saudara-saudara saya yang tercinta …
Renungkanlah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ini, “Ada dua laki-laki yang satu dari daerah Bala dan yang satunya lagi berasal dari Qudha’ah. Kedua-duanya masuk Islam di hadapan Rasullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Salah satunya telah mati syahit sedangkan yang satu lagi di akhirkan sampai satu tahun. Maka, Thahalhah Bin Ubaidillah berkata, “Saya melihat orang yang di akhirkan tersebut lebih dahulu dimasukan surga mendahului orang yang mati syahit. Dan saya sungguh heran akan hal itu. Kemudian saya menceritakan hal tersebut kepada Nabi. Maka Rasullah Shallallahu Alaihi was Sallam berkata,
Bukankah setelahnya dia (yang di maksudkan adalah orang yang di akhirkan kematiannya) telah melakukan puasa selama Ramadhan dan melakukan shalat enam ribu rekaat, dan demikian (melakukan amalan shaleh yang lain) serta rekaat shalat sunnah ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar